Sponsored by

Memetik Hikmah dari WormZone.io

Memetik Hikmah dari Wormzone
Ibarat sebuah perlombaan, game WormZone.io tak ubahnya seekor kuda hitam yang tak disangka-sangka dapat mengungguli para lawan. Dibanding PUBG, FreeFire, dan Mobile Legends, game yang dikembangkan oleh Wildspike ini geregetnya kalah jauh. Permainan ini hanya mengandalkan dua jempol, yang satu untuk mengarahkan sedang sisanya buat mempercepat laju cacing.

Misinya pun tak kalah sederhana. Hanya dengan berburu makanan dan menghindari tabrakan dengan dinding atau cacing lain, maka perlahan posisimu akan terus meningkat di papan peringkat. Lalu apa istimewanya game ini? Setelah ikutan berkecimpung dalam dunia percacingan, akhirnya saya menemukan adanya hikmah atau pembelajaran positif yang bisa kita petik dari aplikasi yang telah sebelas juta kali diunduh ini.

Metamorfosis Para Cacing
Sebelum mengenal WormZone, saya yakin warganet pasti sepakat mengatakan bahwa cacing itu menjijikkan. Jangankan memegang, melihatnya bergerak-gerak di tanah saja sudah cukup untuk membuat para cewek menjerit ketakutan (yang pengalaman, ayo ngacung!). Mungkin hanya para Mancingmania yang mau berburu cacing untuk dijadikan umpan demi memperoleh ikan yang lebih besar.

Namun setelah menjadi WormZone, cerita berubah seratus delapan puluh derajat. Tua muda pria wanita kini berlomba untuk menjadi cacing raksasa. Mereka tak lagi jijik karena hewan tersebut sudah bermetamorfosis menjadi sesuatu yang amat disenangi banyak orang yaitu game android.

Oleh karena itu, bagi pembaca yang saat ini sedang gelisah memikirkan bagaimana cara dicintai orang lain, tips sederhananya adalah jadilah pribadi yang diidamkan orang tersebut. Buang sifat buruk yang tak disukai seseorang yang ingin kamu cintai. Teruslah bermetamorfosa hingga anda menemukan bentuk yang terbaik.

Fokus, Serius, tapi Jangan Ambisius
Kunci utama untuk memenangkan permainan ini adalah keseriusan dan ketelatenan. Jangan main WormZone kalau kamu tengah terburu-buru atau sedang mengerjakan sesuatu,. Seorang pemain juga dituntut untuk tidak terlalu ambisius, bermainlah secara santai tapi tetap fokus pada tujuan. Bermain sambil terburu-buru atau pikiran yang tak konsentrasi hanya akan membuatmu cepat kalah sebab tak bisa menghindari lawan yang datang tiba-tiba.

Permainan ini juga mengajarkan pada kita untuk tidak terlena pada harta sebanyak apapun itu. Sebanyak apapun makanan yang tampak di layar smartphone, kita tetap harus berhati-hati dan waspada. Karena bisa saja disitu sedang ada cacing lain yang sedang melakukan hal yang sama, daaannn ketabrak deh!!! Ini sangat sesuai dengan sabda nabi bahwa cinta dunia adalah pangkal dari segala kesalahan.

Harta Tak Akan Dibawa Mati
Setelah berjuang melawan lelah mengejar tumpukan makanan, pada akhirnya, mau tak mau cacing yang kita pelihara tetap akan mati. Kematian adalah suatu hal yang pasti, baik itu di dunia nyata maupun dunia game seperti WormZone. Setelah cacing mati, lalu apa yang terjadi? 'Bangkai' kita akan berubah menjadi makanan lalu direbut oleh cacing-cacing yang lain. Setelah itu, aplikasi akan menampilkan skor perolehan dan peringkat yang kita capai.

Hal ini sebenarnya tak jauh dengan apa yang sering dialami dalam kehidupan sehari-hari. Manusia sekaya apapun, pasti akan mati. Setelah mati, peninggalan yang berupa fisik ataupun materi akan habis menjadi rebutan. Harta akan diperebutkan dan berpindahtangan kepada keluarga dan anak cucu. Sementara tubuh kita di dalam tanah akan menjadi sarapan empuk para serangga. Satu-satunya yang tersisa adalah amal perbuatan. Bila amal kita baik, kita akan tersenyum puas penuh kemenangan. Sementara jika tidak, kita akan menyesal dan menyalahkan diri.
Memang, di WormZone ada menu "Mulai Ulang", tapi dalam kehidupan nyata tombol itu tidak ada dan tak akan pernah ada.
Sekian!

Comments

Popular posts from this blog

Pancasila Yang Saya Tahu

Menanti Taji Suara Ulama