Sponsored by















Ketika Saudi Bermaulid Nabi

Kabar baik mengiringi perayaan maulid nabi tahun ini. Pemerintah Arab Saudi yang dulu bersikap anti-maulid kini telah bersikap lunak dengan membolehkannya. Tak sekadar membolehkan, peringatan peristiwa kelahiran Nabi Muhammad juga ditetapkan sebagai hari libur nasional. Sebuah kebijakan yang mungkin sudah dirindu sebagian warga tamah Hijaz.

Mendengar kabar tersebut, kita di Indonesia mesti bersyukur setidaknya atas dua hal. Pertama, kita tak pernah dilarang bermaulid. Selama ini belum ada rezim pemerintahan yang mengeluarkan peraturan tentang larangan merayakan kelahiran sang Nabi. Bahkan momen ini justru mendapat sambutan yang luar biasa oleh berbagai kalangan. Lalu digelarlah berbagai acara, dari sederhana sampau yang paling istimewa.

Kedua, kebijakan ini menandakan bahwaArab Saudi mulai move on dari kewahabiannya. Seperti yang kita tahu, wahabi adalah paham tunggal yang dianut Arab di bawah kekuasaan Bani Saud. Paham ini sangat kontra dengan perayaan maulid nabi karena dianggap bidah.  Jika betul seperti itu, maka ada peluang yang cukup besar amaliyah annahdliyah yang lain, seperti tahlil dan ziarah kubur, perlahan juga akan diperbolehkan pihak kerajaan.

Namun di satu sisi saya juga khawatir bila ada banyak amaliyah Islam Nusantara diperbolehkan di Saudi. Beberapa kemungkinan berikut bisa saja terjadi akibat dari pembolehan tersebut. Pertama, akan ada konflik perebutan suatu kebudayaan seperti yang terjadi antara Indonesia-Malaysia beberapa tahun silam.

Selanjutnya, ketika nanti ada tokoh Saudi wafat bukan tak mungkin jika orang-orang Indonesia berbondong-bondong pergi tahlilan kesana, begitupun sebaliknya. Selain itu, umat Islam Indonesia yang gemar mengadakan wisata religi juga bakal mendapat tambahan destinasi wisata. Maka jangan heran kalau di masa depan bakal ada tour sembilan wali plus ke Arab Saudi.

Terakhir, saya mohon maaf karena sudah terlanjur nulis. Semoga anda juga terlanjur baca.
 


Comments

Popular posts from this blog

Pancasila Yang Saya Tahu

Menanti Taji Suara Ulama